Tenang, bukan berarti aku ingin menjanda kok. Aku cuma mau nulis soal komunitas yang sangat relate sama aku. Namanya Save Janda. Awalnya dari postingan salah satu pengurusnya yang dengan sayang aku panggil Kak Poppy. Waktu itu dia posting mengenai stigma yang melekat pada kata “janda”. Relate? Banget! Aku anak seorang janda. Yups, almarhum Mama adalah seorang janda cerai. Dapet stigma gak enak? Pasti. Secara colongan, Mama suka cerita perlakuan gak enak yang dia terima karena status janda dia. Salah satunya, dan yang bikin aku gregetan, sempet ada gosip Mama gak bisa didik anaknya dengan baik karena adikku narkoba dan aku sudah melahirkan di luar nikah. Gak disangka, tubuh kurus adikku dan tubuh gendutku (namun semok) malah mendatangkan gosip gak enak buat Mama. Hal itu yang dia telan sendirian tanpa ada support system yang bisa hibur dia, selain keluarga. Ya gak mungkin juga Mama curhat ke aku kan walau kami sama-sama perempuan. Makanya ketika Save Janda ini muncul, aku termasuk yang senang karena ini support system yang dibutuhkan para janda di luar sana yang harus mengalami stigma negatif. Tanggal 6 Oktober kemarin, aku dateng ke gathering pertama mereka. Untung aku dateng, karena goodie bag dari Save Janda keren bet! Eh bukan karena itu ya aku dateng ke situ. Aku mau tahu lebih jelas mengenai Save Janda ini. Kubela-belain pula bawa Anjuna karena mau kencan berdua sama dia. Walaupun gak sampai habis, aku senang bisa datang untuk tahu kalau ada wadah bagi para janda untuk berbagi cerita.
Jadi, Save Janda itu apa sih? Mengutip dari bio IG @save_janda, ini adalah gerakan kece untuk meminimalisir stigma dan label negatif JANDA pada perempuan Indonesia. Banyak banget hal-hal negatif yang dihubungkan dengan kata “janda”. Salah satunya, dan mungkin ini yang paling banyak, adalah perempuan berstatus janda adalah perempuan genit perebut pasangan orang. Stigma negatif ini yang membuat banyak perempuan berstatus janda menjadi gak PD di kehidupan mereka. Menjadi janda juga mungkin tidak pernah terlintas di pikiran mereka, baik untuk mereka yang cerai hidup atau ditinggal mati pasangannya. Tanpa mendengar cerita mereka, orang sudah berasumsi macam-macam. Di gathering pertama Save Janda, ada sesi perkenalan dari founder Save Janda, yaitu Kak Mutiara Proehoeman. Kak Tiara, begitu dia biasa dipanggil, menceritakan kenapa Save Janda ini ada dan misi apa yang dibawa oleh komunitas ini. Dilanjutkan dengan Kak Poppy yang memperkenalkan lebih lanjut para pengurus serta sedikit cerita dari dirinya dan anggota komunitas. Aku berharap dengan adanya Save Janda ini, bisa meminimalisir stigma negatif yang ada di masyarakat terhadap janda. Efeknya gak cuma di janda itu sendiri, tapi juga ke orang-orang terdekat. Memberikan kebahagiaan kepada seseorang itu simpel kok. Dengan tidak menghakimi dan menjadi support system agar mereka bisa bangkit dari keterpurukan.
0 Comments
Leave a Reply. |
Tentang MaddySeorang Ambivert yang senang mendengarkan musik & membaca buku. Nyaman dalam keadaan organized chaos, baik di kantor atau di rumah. Categories
All
|